Memasuki usia kehamilan 5 bulan, kondisi istriku semakin membaik. Mual-mual bisa dikatakan tidak pernah lagi, gangguan pencernaan maupun kondisi tubuh yang mudah pusing juga sudah hilang. Sekarang kita bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa, nonton misalnya. Tempat tinggalku sekarang berada di pusat
Istriku sangat menyukai kebudayaan Jawa, baik gamelannya, wayang, maupun kesenian jawa lainnya. Sabtu kemarin, dia dan temennya (Lina) janjian untuk nonton Wayang orang di Gedung Bharata, Jl Pulolio/Jl Gunung Sahari, kawasan Senen, Jakarta Pusat. Sebuah Gedung kesenian Tradisional Jawa yang sampai sekarang masih eksis, bahkan mungkin melebihi yang ada di
Sesuai jadwal, lampu ruangan dimatikan tanda pentas dimulai tepat pukul 20.30. Malam itu, pentas yang dilakonkan adalah Palguna-Palgunadi, kisah dimana Palguna alias Arjuna alias Janoko alias Permadi, berkonflik dengan Palgunadi. Palgunadi adalah adik seperguruan Arjuna di padepokan Pendeta Durna.
Kemewahan Budaya
Seperti biasanya, gedung pertunjukkan yang mampu memuat sekitar 500 penonton tersebut berisi sekitar 3/4 penuh. Tempat duduk yang empuk dan nyaman, dan pengaturan AC yang tepat (bukan setelan freezer seperti di bioskop 21) , membuat penonton yang kebanyakan berusia 30 tahun keatas bisa merasa nyaman disana. Beberapa anak umur 10-an tahun juga tampak antusias melihat pentas sambil mendengar terjemahan dari ayahnya.
Beberapa speaker JBL ditata sesuai dengan akustik ruangan sehingga membuat seluruh penonton dapat merasakan hentakan suara kendang, dentuman gong, maupun suara berisik kecrek dengan loud and clear.
Berbeda dengan doktrinasi kapitalis yang kental saat memasuki kawasan Bioskop 21 “Dilarang membawa makanan/minuman dari luar area”, di Bharata penonton bebas keluar masuk membawa makanan dan minuman. Bahkan kita bisa pesan Indomie telor kornet + Teh botol dan diantar ke tempat duduk kita (ada nomernya kok). Uwenak polll!
Wayang orang dimulai dengan tarian-tarian, lalu muncul tokoh-tokohnya bergantian. Tokoh-tokoh wanita selalu b..e..r..b..i..c..a..r..a d..e..n..g..a..n p..e..l..a..n. Tokoh buto selalu pethakilan dan banyak bergerak, sementara itu tokoh bangsawan dan dewa-dewa tampil dengan anggun dan berbicara secukupnya dengan bahasa Jawa kromo inggil yang haluus banget.
Lha bicara secukupnya itu yang membuatku yang kurang mengerti kisah-kisah pewayangan jadi bingung mengikuti alur ceritanya. Sebentar-sebentar harus bertanya pada istriku, “Eh, kalau ini siapa? barusan ngomong apa ya? Oh, jadi itu Palgunadi…”
Walau kadang berharap di bawah panggung muncul subtitle berbahasa
Gaya Pewayangan plus Gojek Kere
Di era Spiderman, Star Wars, dan Smack Down ini, pentas wayang orang bagi sebagian orang, terutama anak muda merupakan hal yang membosankan. Adegan-adengan memang lambat dan penuh seni, berjalan ada aturannya, berbicara juga ada aturannya, bahkan berkelahi juga ada pakemnya.
Tapi masalah berkelahi ini, pelakon-pelakon Bharata memang sangat mahir berakrobat salto, jungkir balik, lempar melempar senjata dan adegan menegangkan lainnya di atas panggung. Melihat adegan perang ataupun perkelahian antar jawara-jawara biasanya membuat penonton hanyut dalam ketegangan.
Di saat seperti itulah kemudian muncul adegan Goro-goro, yaitu munculnya tokoh Punokawan (Gareng, Petruk, Semar, dan Bagong) yang membawakan adegan-adegan yang lucunya ndeso, kampungan, tapi sangat mengena. Dan yang paling penting tetap membuat tertawa karena berdialog dengan bahasa Jawa ngoko (biasa) sehingga mudah dicerna.
Materi guyonan minggu kemarin bahkan sangat kuno: Bagong butuh pompa air, lalu Petruk menyanggupi membelikannya. Petruk lalu menyuruh Gareng berpura-pura menjadi Pompa Air dan tentu saja dengan cara berpose, dan tak lupa harus menyemburkan air saat ‘dipompa’.
Dan tak lupa, adegan goro-goro ini ditutup dengan lemparan-lemparan rokok dari penonton. Rokok yang disertai dengan ucapan salam dan request lagu itulah yang membuat penonton dan pemain menyatu.
Jadwal Pentas
Nah, kalau misalnya Sabtu malam ini semua bioskop penuh karena semua anak SMA sampai pegawai kantoran junior memborong habis tiket Spiderman 3, Wayang Orang Bharata ini bisa menjadi Alternatif. Tontonan budaya ini juga cocok kalau misalnya orang tua kita dari Jawa pas berkunjung ‘nengok cucu’ dan kita perlu mengentertain mereka, hehehe. Cocok juga bagi mereka yang merindukan suasana kesenian jawa yang sederhana tapi penuh makna.
Dengan harga tiket yang cuma 20ribu, ini akan jadi pengalaman yang tak terlupakan untuk seluruh keluarga *halah emangnya Dufan*
5 Mei 2007 : Srikandi Jadi Ratu
12 Mei 2007 : Petruk Kelangan Pethel
19 Mei 2007 : Kumbokarno Gugur (Ramayana)
26 Mei 2007 : Gatotkaca Sungging
9 Juni 2007 : Setyaki Kromo
16 Juni 2007 : Gareng Kembar
23 Juni 2007 : Indrajit Gugur (Ramayana)
30 Juni 2007 : Srikandi Kembar Tiga
Karena biasanya tempat duduk bagian depan akan cepat habis, lebih baik hubungi dulu Bharata di 021-70642535 untuk memesan tiket jauh-jauh hari sebelumnya. Weh, malah ngiklan.
Tapi ternyata bisa

0 komentar:
Posting Komentar