Selasa, 07 April 2009

Laporan Ayam Tiren

Penjualan Ayam Tiren di Pasar Pondok Gede

Pasar Pondok Gede yang beberapa akhir ini menjadi pusat perhatian begitu panas walaupun di pagi hari. Kios – kios yang menjual pakaian, mainan anak-anak, vcd bajakan, sepatu – sandal, buah, dan makanan terlihat semerawut. Keadaan pasar dipenuhi oleh masyarakat yang membeli perlengkapan untuk merayakan Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 13 Oktober nanti.

Terdapat tangga untuk menghubungkan antara kios pakaian dengan kios daging, ayam, bumbu masak, sayur – mayur, dan perlengkapan dapur lainnya. Kios daging berada di bawah lantai dasar atau lebih jelasnya lagi seperti di bawah tanah.

Bau, lantai yang kotor, orang sedang tawar-menawar, lorong-lorong yang sempit mengambarkan situasi Pasar Pondok Gede. Untuk di lantai bawah blok terdepan diisi dengan kios-kios yang menjual penglengkapan dapur, seperti penggorengan, panci, dan ulekan.

Blok berikutnya adalah kios yang menjual sayur mayur dan bumbu masak. Di tengah terdapat blok yang menjual daging ayam dan daging sapi. Bau darah ayam dan sapi cukup menyegat. Orang – orang yang berjalan sangat memperhatikan langkahnya. Hal itu dikarenakan di lantai becek dan kotor.Kira – kira terdapat kurang lebih 15 kios yang menjual daging sapi dan 20 kios yang daging ayam.

Satu per satu kios ayam diperhatikan. Ada yang sudah habis, ada yang masih banyak, dan ada pula yang menjual ayam masih dalam keadaan hidup. Tidak tampak jelas apakah para penjual ayam di pasar ini menjual ayam tiren ( mati kemaren ). Bagi saya dan sebagian masyarakat memang sulit membedakan yang mana ayam bangkai dan ayam segar.

Ada dua jenis ayam bangkai yang biasa dijual di pasaran. Pertama diperoleh dari ayam yang sudah mati sebelum disembelih. Kedua, ayam sisa kemarin alias ayam yang tidak laku dijual pedagang kemudian dipermak kembali untuk dijual lagi.

Ciri- ciri ayam tiren adalah dagingnya mudah sobek, keriput, dan pada bagian lehernya hanya ada satu lubang kecil. Lubang itu dibuat setelah ayam mati. Kalau ayam hidup kemudian disembelih, ototnya outus dan akan tampak pada bekas sembelihannya. Kalau ayam tiren tak tampak ada rengangan otot putus.

Menurut informasi yang didapat dari Liputan 6. com, ayam – ayam tiren biasanya sering dijumpai menjelang perayaan hari raya seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru. Penjualan tidak hanya dijual saat permintaan pasar melonjak. Mereka memperjualbelikan ayam tiren setiap hari. Hanya saja, ayam-ayam bangkai itu tidak dijual dalam bentuk daging mentah melainkan sudah diolah alias dimasak terlebih dulu dan dipotong menjadi delapan potong.

Untuk mengelabui pembeli, ayam bangkai itu tetap disembelih agar seperti ayam potong normal. Menurut Husmi, penjual ayam tiren, kebanyakan konsumen tak mengetahui kondisi ayam dan membeli dengan harga murah.

Husmi mengaku untuk menyulap warna daging ayam tiren yang cenderung kebiru-biruan dirinya merendamnya dengan air kunyit. Ayam – ayam bangkai itu biasanya ia dapatkan dari beberapa penampungan ayam broiler di Jakarta. Harga satu ekor ayam itu dibeli Rp 5.000 dan dijual kembali per potong Rp 2.000. Satu ekor menjadi delapan potong, satu potong Rp 2.000 sehingga satu ekor menjadi Rp 16 ribu. Husni juga mengaku dalam seharinya ia bisa menjual sedikitnya 10 ekor ayam tiren. Penghasilannya ia dalam sebulan bisa mencapai Rp 3 juta.

Masih dari Liputan 6. com. Dalam sehari setidaknya ada sekitar 1.500 ekor ayam potong yang mati di Jakarta baik selama dalam perjalanan atau selama berada di penampungan. Sebagian kecil jumlahnya berhasil dirazia petugas Dinas Peternakan untuk dimusnahkan.. Namun ayam bangkai yang tidak terkena razia kerap dijual kembali oleh sejumlah pedagang.

Razia dan pengawasan pasar-pasar daging ayam seperti itu sebenarnya rutin dilakukan oleh petugas. Tujuannya merazia dan menyita ayam suntik dan ayam tiren masuk ke pasar daging. Sepanjang tahun 2006, lebih dari 700 pedagang terkena razia dan lebih dari 75 ribu ekor ayam tak layak konsumsi disita petugas.

Para pedagang ayam bangkai yang dirazia itu kerap bersembunyi ketika menjajakan dagangannya. Walau begitu keberadaan mereka kerap diketahui oleh petugas. Konsumsi berlebihan ayam tiren akan menyebabkan penyakit kronis.

Sampai saat ini belum ada informasi bahwa di Pasar Pondok Gede kedapatan terdapat penjual yang menjajakan ayam tiren. Tapi, hal itu juga belum menjamin bahwa di pasar tersebut bebas dari ayam tiren. Kita sebgai pembeli lah yang harus lebih teliti dalam membeli ayam potongan.




0 komentar: